Rabu, 12 Agustus 2015

Menentukan Ukuran Bagfilter



Ukuran Bagfilter ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu :
1. Kapasitas Udara
2. Jenis debu dan sifat udara yang dihisap

1. Kapasitas udara


Kapasitas udara atau jumlah udara yang dihisap (m3/jam) akan menentukan berapa luas filter yang dibutuhkan. Ada besaran tersendiri untuk menentukan ini yang disebut "Air to Cloth Ratio" yaitu perbandingan antara "kapastas udara (m3/jam)/luas filter (m2)" yang besarannya tergantung pada jenis debu dan konsentrasinya dalam udara. Seperti dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel ini didapat dari hasil percobaan dan penelitian, setiap literatur (klik disini untuk melihat literatur) menyajikan angka yang tidak sama. Air to cloth ratio pada tabel ini adalah yang cukup aman dan telah diterapkan oleh penulis selama ini cukup memberikan hasil yang baik, perlu diperhatikan bahwa tabel air to cloth ratio dibawah ini adalah untuk bagfilter dengan sistem pembersihan Pulse Jet. Menentukan besaran Air to Cloth Ratio merupakan hal yang sangat krusial dalam merancang Bagfilter, kesalahan dalam menentukan dapat mengakibatkan filter cepat blocking khusunya bila air to cloth ratio ditentukan lebih besar dari ketentuan. Akibat blocking filter adalah kapasitas udara hisap akan menurun dan kecepatan hisap pada lubang hisapan (suction) juga turun, karena debu yang menempel pada filter sudah terlalu tebal dan tidak bisa jatuh. Bagaimana menentukan luas filter? contohnya adalah sbb :
Pada posting sebelum ini di gunakan separator cyclone sebagai penyaring nya dengan kapasitas 6212.18 m3/jam sekarang kita gantikan dengan bagfilter misalkan jenis debunya adalah sebu kayu atau "sawdust" yang pada tabel disamping ini mempunyai Air to cloth ratio sebesar 135 - 145. Bila konsentrasi debu banyak kita ambil nilai terkecil 135 yang berarti luas filter adalah 6212.18 / 135 = 46 m2. Bila satu tabung filter berukuran dia. 160 x panjang 2900mm (luas area 1.45m2) berarti kita membutuhkan +/- 32 buah tabung filter.

2. Jenis Debu
Jenis debu selain menentukan "Air to cloth Ratio" juga menentukan jenis filter yang digunakan. Ada beberapa jenis filter yang biasa digunakan seperti polyester, polypropylene, fiber glass (nomax) dll, klik disini untuk detailnya atau hal ini bisa dikonsulatasikan pada supllier filter.

Sistem Control Untuk Pulsa-Jet Bagfilter


Gambar disamping adalah bagfilter dengan 3 compartement (setiap compartment memiliki 1 bak/bin dibawahnya seperti terlihat pada gambar),  blower dengan power 60 HP. Satu compartment terdiri dari 49 unit filter dan 7 unit solenoid valve untuk self cleaning.   Sehingga seluruhnya terdiri dari 3x49= 147 filter dan 21 buah solenoid valve. Solenoid valve bekerja bergantian dengan selang waktu 15 detik antara 1 solenoid dengan solenoid berikutnya, lama membuka valve 0.2 detik. Setelah semua selenoid valve telah bekerja pada compartement 1 maka akan pindah ke conpartement 2 dan seterusnya.  Semua kontrol menggunakan program PLC Omron. Pada gambar disamping ini tinggi filter adalah 3900mm dia. 160mm, ukuran solenoid valve adalah dia.1.5" dengan menggunakan solenoid valve for dust collector tekanan pulse jet 6~8 bar (solenoid valve khusus untuk Dust Collector).

Close-Loop Dust Transport


Gambar disamping menunjukkan sistem transport dust/debu secara close-loop dimana debu dari bagfilter di transfer kedalam silo.  Disebut close loop karena aliran udaranya berputar terus dari cyclone kembali ke cyclone dan tidak ada udara yang diambil maupun keluar dari sistem tsb. udara yang mengalir berfungsi sebagai conveyor.
Dari gambar terlihat debu yang dikeluarkan dari bawah hopper bagfilter melalui rotary lock (terlihat ada 4 buah) masuk kedalam ducting (warna hijau) kemudian di hisap oleh blower selanjutnya masuk kedalam cyclone, dari cyclone debu akan jatuh kedalam silo melalui rotary lock dibawah cyclone.  Udara yang bersih keluar melalui bagian atas cyclone mengalir kebawah begitu seterusnya .
Bagaimana cara menghitungnya? apa saja yang diperlukan untuk menentukan besar ducting, cyclone dan blower.
1.Tentukan kapasitas debu/material yang akan ditransport
2.Dari grafik dibawah ini dapat diketahui diameter dari ducting.
3.Setelah diameter dan kecepatan di ketahui maka dapat dihitung kapasitas udara yang diperlukan (m3/jam) , Q = A*V.
4.Dari kecepatan pada ducting, diameter dan panjang ducting dapat dihitung besarnya pressure loss/ static pressure.
5.Kalikan Static Pressure sepanjang "Z" lihat diagram dibawah dengan safety factor.
6.Dari total static pressure dan kapasitas kita dapat menentukan jenis blower dan powernya, dan dari kapasitas kita juga dapat menentukan jenis dan ukuran cyclone.
Contoh Kasus :
Diketahui Debu/serbuk yang akan ditransport 2.3 ton/jam kecepatan pada ducting 28 m/s dari diagram diatas berarti diameter ducting 250 mm.
Q = A*V, kapasitas udara yang diperlukan 4945.5 m3/jam.
Diketahui jarak dari outlet cyclone ke rotary lock 30m + 2 elbow, sedangkan dai rotary lock ke inlet cyclone (Z) 20m + 2 elbow (lihat diagram), Perhitungan :
1.Pressure loss dari cyclone ke rotary lock adalah : ducting 30 m = 777.6 Pa,  elbow 2x = 117.6 Pa ; Jumlah  = 895.2 Pa.
2.Pressure loss dari rotary lock ke cyclone (Z) adalah : ducting 20m = 518.4 Pa, elbow 2x =117.6 Pa.  Jumlah = 636 Pa. Kalikan bagian ini Z dengan Safety Factor = 1.23*V + m/1.23*V = 1.0.  Jadi 636 Pa *1= 636 Pa.  Pressure Loss dari cyclone kembali ke cyclone menjadi 895.2+636 = 1531.2 Pa.Pressure loss dari cyclone 800 Pa.
3.Total Pressure loss dari sistem menjadi = 1531.2 + 800 = 2331.2 Pa. Untuk memudahkan perhitungan bisa menggunakan Calculator Dust Collector. Parameter Kapasitas dan static pressure dipakai unuk menentukan jenis/ukuran blower dan ukuran cyclone.

Bahaya Dust Explosion

Simak Video di bawah ini mengenai bahayanya "Ledakan" yang disebabkan oleh penimbunan debu di dalam pabrik
https://www.youtube.com/watch?v=TlD3M-DP6V8

Jenis-jenis debu yang berpotensi menyebabkan ledakan :






















Pencegahannya : mengurangi timbunan debu di dalam pabrik dengan menggunakan sistem dust collector yang baik, pemasangan safety device pada dust collector sepertiExplosion Vent dan Spark Detector unit dapat mencegah dan meminimalisir bahaya ledakan dan kebakaran.

Selasa, 30 Juni 2015

Pentingnya Dust Collector

Tahun 2012 WHO mencatat, lebih dari 3,7 juta orang diselurh penjuru Dunia tewas karena terpapar polusi udara diluar ruangan. Oleh karena itu WHO mengkategorikan polusi udara diluar ruangan sebagai salah satu pemicu resiko kesehatan terbesar di Dunia. Hampir 90 % manusia di Dunia tinggal dinegara-negara yang terpapar polusi udara pada tingkat yang membahayakan. Demikian data mengkawatirkan yang diterbitkan oleh lembaga PBB (WHO).

Data tersebut merupakan hasil pemantauan tingkat polusi udara di 1600 kota di 91 Negara. Hasilnya menunjukkan hanya 12 % saja warga Dunia yang tinggal dikota yang memenuhi syarat kelayakan kualitas udara yang ditetapkan oleh WHO. Polusi udara pada kota-kota besar tersebut menjadi faktor pemicu kesehatan lingkungan tunggal terbesar di Dunia.

Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dan solusi untuk menangani polusi udara tersebut khususnya pelaku industri agar pencemaran udara dapat dikurangi secara perlahan sebelum dihentikan. Solusi yang dapat ditempuh diantaranya sbb:
  • Setiap mesin didalam industri dan sumber-sumber pencemaran udara harus menggunakan mesin dust collector sehingga udara yang dikeluarkan menjadi bersih. Prinsip kerjanya dengan cara pendekatan kesumber debu, dihisap kemudian difilter. Didalam mesin dust collector, debu dipisahkan dan dimasukkan kedalam bak penampungan, sedangkan udara bersih hasil penyaringan dibuang keluar ruangan.
  • Menambah ruang terbuka hijau, taman dan menanam pepohonan untuk menambah kandungan oksigen diudara. Jika kedua metode ini diterapkan, bukan tidak mungkin udara kotor dapat kembali bersih, paling tidak mencegah terjadinya polusi udara yang berbahaya bagi kesehatan.
CORAL Antipollution Systems atau CORAL S.p.a adalah produsen mesin-mesin dust collector yang berambisi mengatasi polusi udara yang diakibatkan oleh proses industri dengan menawarkan mesin dust collector berkualitas ISO 9001 : 2008. Disamping itu, dust collector CORAL dapat digunakan dilingkungan yang berbahaya dan berpotensi ledakan dengan sertifikasi ATEX.

CORAL S.p.a memulai produksi mesin dust collector sejak tahun 1958 di kota Volpiano - Italia dengan penjaminan mutu super ketat dan ditangani oleh tim engineering terbaik. CORAL S.p.a telah melayani kebutuhan dust collector diseluruh penjuru Dunia untuk waktu yang sangat lama dan bertekat selalu didepan dalam mengatasi polusi udara.

Indonesia sebagai salah satu negara paru-paru Dunia tidak ketinggalan meramaikan slogan "Go Green" untuk mengantisipasi polusi udara yang disebabkan oleh proses produksi yang semakin meningkat. Industri di Indonesia tumbuh dengan kecepatan yang luar biasa, tentu saja polusi udara pun ikut meningkat.
Untuk memenuhi kebutuhan dust collector dan menangani polusi udara tersebut, PT. Starindo Cleaning Technologies resmi sebagai pemegang merek dan penyalur mesin dust collector CORAL untuk pasar Indonesia sejak tahun 2006. PT. Starindo Cleaning Technologies berperan dalam engineering, pengadaan, penjualan sampai after sales mesin dust collector CORAL sehingga pelaku industri mendapatkan kemudahan pengadaan dust collector karena CORAL sudah memiliki representative office di Indonesia.

Aplikasi Coral




1. Welding Fume Application :
Biasanya type unit seperti ini dipergunakan untuk menanggulangi berbagai macam type asap pengelasan dan debu kawat las sisa dari proses pengelasan, asap las sangat berbahaya bagi pernapasan operator karena mengandung zat beracun sangat dan berbahaya bagi tubuh operaor dan orang orang di ruangan tepat pengelasan.
                                           
2. Dust Filtering Application :
Dust Collector yang dipergunakan untuk aplikasi ini mempunyai range produk yang sangat luas karena terkait dengan volume dan jenis debu yang sangat bervariasi, selain itu pemakaian filter yang digunakan harus benar benar disesuaikan dengan jenis debu yang dihisap dengan tujuan  untuk menghindari kesalahan dan kerusakan media filternya. Type stationary untuk aplikasi ini mempunyai kapasitas yang cukup besar, sebagai contohnya Dust Colector Coral sudah di install di PT. Indonesis Power UBP Suralaya, Dust Collector ini digunakan untuk menghisap debu yang ditimbulkan pada saat pengisian truk tangki yang akan membawa sisa debu pembakaran ke pabrik semen paving block, selain itu unit seperti ini bisa juga diaplikasikan untuk pabrik semen, pupuk, gypsum dan berbagi industri lainnya.

        
3. Oil Mist Application :
Dust Collector untuk aplikasi uap oli biasanya dipergunakan untuk menghisap uap oli yang keluar dari mesin mesin mekanik seperti mesin CNC, turbin, kompresor dan mesin lainnya. Pada proses pengikisan logam dengan mesin bubut CNC, biasanya terjadi pencampuran uap oli dengan uap coolant yang biasanya mengeluarkan bau tidak sedap dan pada akhirnya mengganggu udara di sekitar.
                
4. Painting Application :
Unit Dust Collector untuk aplikasi painting dibuat dalam bentuk Spray booth yang fungsinya adalah untuk menghisap dan menyaring sisa partikel debu cat, Spray booth Coral mempunyai dua type yaitu kering dan basah, untuk pasar Indonesia biasanya lebih cenderung memakai type basah karena biaya perawatannya jauh lebih rendah dari pada type kering.

5. Woodworking Application :
Aplikasi woodworking di Indonesia sampai sekarang masih banyak dipergunakan, contohnya untuk industri furniture sebagai salah satu industri yang menyerap unit unit Dust Collector. Industri furniture atau pengolahan kayu lainnya sudah dapat dipastikan terdapat aktifitas pemotongan, penghalusan, pengukiran atau penyerutan kayu. Selain itu unit unit seperti ini banyak juga dipakai di industri Tekstil, Tekstile, Garment, Pakan Ternak atau bahkan pabrik kertas sekalipun.
6. Electronic Application :
Unit Dust Collector untuk kategori ini tentu saja banyak di pakai di pabrik Elektronik, fungsinya adalah untuk menghisap asap solder yang sangat berbahaya bagi paru paru operator, namun demikian unit seperti ini bisa juga dipergunakan untuk menghisap asap spot welding yang volumenya relatif tidak banyak.      

7. Automotive Application :
Dust Collector Coral untuk kategori automotive digunakan untuk menghisap asap sisa pembakaran kendaraan bermotor, seperti kita ketahui bersama bahwa gas sisa pembakaran kendaraan bermotor mengandung karbon monoksida ( CO ) yang mengandung racun, sehingga untuk bengkel bengkel kendaraan resmi biasanya sudah memakai peralatan Dust Collector untuk menghindari masuknya gas berbahaya ke dalam saluran pernapasan teknisi bengkel itu sendiri.













                

Coral Antipollution



Coral mulai diproduksi sejak tahun 1958 Volviano, Turin – Italy oleh tiga orang bersaudara yaitu Nevio, Luciano dan Erminio Coral, sejak awal Coral berkonsentrasi untuk memproduksi : ventilation, conditioning, heating, suction and industrial filtration. Pada saat ini Coral merupakan produsen Dust Collector terbesar dan ternama di dunia dengan pusat produksinya berada di kota Volviano, Italy dengan luas pabrik 28.000 m2, namun demikian sejalan dengan waktu Coral telah mengembangkan tempat produksinya ke beberapa negara lainnya di kawasan Eropa yaitu : Prancis, Jerman dan Inggris.

Pada saat ini produk Coral memiliki range produk yang sangat lengkap untuk menanggulangi polusi udara yang diakibatkan oleh proses produksi dari mesin mesin industri, bersama ini kami sampaikan informasi kategori produk Coral berdasarkan type yang dibagi menjadi  dua bagian yaitu Unit Portable dan Stationary Systems, dimana masing masing type di atas mempunyai aplikasi yang berbeda beda dengan penjalasan sebagai berikut :

Type produk terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Portable Unit :
Biasanya type ini digunakan untuk mananggulangi  sumber titik debu maksimal dua buah titik debu dan unit biasanya ditempatkan di ruangan yang mempunyai ukuran terbatas, dengan dimensinya yang relatif kecil maka unit seperti ini dapat difungsikan dan dipindahkan ke beberapa tempat secara bergantian.  



2. Stationary Unit :  
Biasanya type ini digunakan untuk menanggulangi sumber titik debu yang cukup banyak. Type unit Stationary yang akan direkomendasikan mengikuti kebutuhan di lapangan berdasarkan kebutuhan Airflow yang sudah dikalkulasikan sebelumnya, kebutuhan Airflow di setiap tempat akan berbeda beda sehingga sebelumnya akan diperlukan peninjauan lapangan untuk mengukur area dan menentukan jumlah titik sumber debu yang diinginkan atau dibutuhkan.